Tuesday, November 23, 2010

Sejauh Mana Kebergantungan Kita KepadaNya


Assalamualaikum wbt..

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam surah Ar-Rahman, ayat 29 :-

“Semua yang ada di langit dan di bumi selalu memohon kepadaNya. Setiap waktu Dia berada dalam kesibukanNya.”
Kesibukan bererti Allah sentiasa dalam keadaan sibuk menciptakan, menghidupkan, mematikan, memelihara, memberikan rezeki dll.

Apabila gelombang ombak datang bergelora, dan anginpun bertiup kencang, maka semua penumpang kapal akan berteriak: “Ya Allah!”

Apabila seseorang pengembara tersesat di tengah padang pasir, kenderaan menyimpang jauh dari laluannya, dan para kafilah kebingungan menentukan arah perjalanannya, maka mereka akan berseru: “Ya Allah!”

Apabila tertimpanya musibah, bencana gempa bumi, tsunami, gunung berapi meletus dan berlakunya tragedi, maka mereka akan menyeru: “Ya Allah!”

Apabila pintu ditutup di hadapan pencari pekerjaan dan tirai-tirai ditutup di depan orang yang meminta, mereka akan berseru: “Ya Allah!”

Apabila kebuntuan datang melanda, setiap jalan terasa terhimpit, harapan terhenti, dan semua jalan pintas telah buntu, mereka akan menyeru: “Ya Allah!”

Apabila dunia terasa sempit disebabkan oleh himpitan persoalan hidup dan jiwa terasa seolah tertekan oleh bebanan kehidupan yang harus dipikul, mereka akan menyeru: “Ya Allah!”

Telah kukhabarkan kepadaMu
Segala hal seperti cercaan.
Pekat dan wajah waktu lebih gelap berdebu.
Lalu kupanggil jelas namaMu
Di waktu Subuh menanti
Dan setiap fajar menyingsing
Ku selalu terdengar namaMu terucap


Hanya kepadaNya sahajalah yang layak dipanjatkan kalimah-kalimah yang indah, doa yang penuh pengharapan, bisikan yang jujur, air mata yang menitis penuh keikhlasan dan keinsafan.

Hanya kepadaNya kedua telapak tangan dihulurkan setiap kali menjelag Subuh, iaitu tangan-tangan orang yang memerlukan pertolonganNya, dan tatapan mata hamba yang penuh harapan, dan segudang benak yang bertanya tentang banyak peristiwa.

Ketika lidah bersenandung menyebut namaNya, memohon, mengharap, dan memanggil. Dengan menyebut namaNya, hari yang kelam terasa damai, jiwa yang kacau akan terasa tenang, perasaan menjadi tenteram, saraf tilak lagi menegang, akal menjadi sejuk dan keyakinan menjadi lebih jitu dan mantap.
Allah Maha Penyayang terhadap hambaNya. (As-Syu’ara’: 19)

Allah: Sebaik-baik nama, susunan huruf yang paling indah, ungkapan yang paling tulus dan kata yang paling bernilai.

...apakah kamu mengetahui ada sesuatu yang setara dengan Dia? (Maryam: 65)

Allah: BagiNya segala kekayaan dan keabadian, kekuasaan dan kekuatan, keagungan, kemampuan dan kebijaksanaan.

...milik siapakah kekuasaan pada hari ini? (Kekuasaan) hanyalah milik Allah Yang Maha Esa dan Maha Perkasa. (Ghafir: 16)
Allah: BagiNya kebijaksanaan, pertolongan, keringanan, bantuan, cinta dan kebaikan.

Apapun nikmat yang kalian terima, semuanya berasal dari Allah.
(An-Nahl: 53)

Allah: Sang pemilik segala keagungan, kebesaran, kewibawaan dan keperkasaan.

Sekalipun kulukiskan keagunganMu
dalam goresan
sebagai tanda kesucian yang mempererat jiwa
Engkau tetap Yang Teragung
Dan tempat segala yang bermakna.
Ya Tuhan, hanya pada keagunganMu
Segalanya terasa lapang.


Ya Allah, gantikanlah penderitaan ini dengan kesenangan, balasan kesedihan sebagai hal yang menggembirakan, dan hilangkanlah perasaan takut ini kepada ketenteraman.

Ya Allah, sejukkanlah gelora hati ini dengan salju keyakinan, dan padamkanlah gelojak api jiwa ini dengan air keimanan.

Ya Allah, berikanlah rasa mengantuk yang hadir ini sebagai kenyamanan bagi mata yang tidak dapat dipejam. Berikanlah juga kedamaian dan kemenangan yang nyata ke atas jiwa-jiwa yang resah ini.

Ya Allah, tunjukkanlah penglihatan ini ke arah menuju cahayaMu; bimbinglah kesesatan ini kearah jalanMu; dan bimbinglah orang yang tergelincir menuju peunjukMu.

Ya Allah, lenyapkanlah segala keraguan dengan cahaya mentari di ufuk timur. Hancurkan segala kebatilan yang bersarang di dalam perasaan dengan secerah sinar kebenaran. Hapuskan segala tipu daya syaitan dengan pertolongan bala tenteraMu.

Ya Allah, peliharalah imanku yang menulis kalimah-kalimah ini dan peliharalah iman-iman mereka yang membacanya. Berikanlah kami petunjukMu dan pandulah kami ke jalanMu yang benar dan diredhai. Amin ya Rabbal ‘Alamin…

Source: La Tahzan terbitan Al-Hidayah
Edited by: Muzaffar Saifuddin

Friday, November 12, 2010

Mimpi-mimpi Besar


Letakkan telapak tangan kita di atas dahi. Berusaha merenung dan berfikir sedalamnya. Bertanya pada diri sendiri: "Apakah mimpi yang ingin kita raih dalam hidup ini? Apakah obsesi yang begitu menyibukkan kita dalam hidup ini? Apakah yang kita fikirkan siang dan malam? Apakah yang kita fikirkan itu sifatnya duniawi? Atau ukhrawi? Apakah obsesi dan mimpi kita itu sifatnya umum atau spesifik?

Saudaraku,
Jawablah pertanyaan-pertanyaan itu dan simpanlah baik-baik dalam ingatan. Panggillah anak dan tanyakanlah, "Apakah yang dia inginkan di masa mendatang?" Bandingkan antara apa yang menjadi keinginan mereka dan keinginan kita di masa depan. Hampir pasti anak-anak akan menjawab keinginan itu secara ideal, tinggi, bahkan mungkin ada yang tidak mungkin diwujudkan. Sedangkan obsesi dan keinginan kita umumnya lebih rendah, tidak terlalu tinggi, dan pandangan yang terbatas. Bahkan, boleh jadi ada sebahagian daripada kita merasa berat sekadar berobsesi atau bermimpi dan menginginkan sesuatu yang tinggi serta ideal.

Saudaraku,
Kita hidup di zaman yang penuh kelemahan. Wajar bila obsesi serta mimpi kita dan masyarakat kita pun menjadi rendah, kurang hebat dan tujuannya pun pendek. Kita semua sama dalam hal ini. Sebabnya banyak, tapi setidaknya ada sebab penting yang harus kita sedari. Yakni, minimum atau tidak adanya "contoh ideal" yang hidup diantara kita. Termasuk contoh daripada para orang tua kita, atau kita para ayah dan ibu bagi anak-anak, para pendidik, para guru, para pegawai, para tokoh dan sebagainya. Minimum atau tidak adanya figura atau contoh itu, mahu tidak mahu turut menciptakan lemahnya motivasi kita, untuk memiliki cita-cita atau keinginan yang tinggi. Seperti yang kita alami sekarang ini.

Mari kita perhatikan bagaimana keadaan orang-orang yang memiliki mimpi-mimpi besar. Barangkali keadaan mereka bisa mendorong dan menumbangkan penghalang mimpi yang kini sedang mengepung kita. Barangkali keadaan mereka bisa mengeluarkan kita dari mimpi kecil menjadi mimpi besar. Barangkali peranan mereka mampu menjadikan kita memiliki peranan-peranan yang lebih luas berbanding sekarang.

Saudaraku,
Adalah Hindun binti Utbah Ummu Mu'awiyah bin Abi Sufyan, seorang wanita yang termasuk memiliki mimpi besar itu. Suatu ketika, saat ia berada di Mina bersama puteranya Mu'awiyah yang baru saja tersadung batu dan terjatuh di atas tanah. Hindun berkata pada anaknya, Mu'awiyah, "Bangunlah, bila engkau biasa bangkit maka engkau akan ditinggikan derajatnya oleh Allah." Seorang yang mendengarkan perkataan ini bertanya, "Mengapa engkau mengatakan seperti itu? Saya yakin bahwa dia (Mu'awiyah) akan memimpin kaumnya." Hindun balik bertanya, "Kaumnya? Allah tidak meninggikan kedudukannya kecuali bila ia memimpin bangsa Arab semuanya."

Ini episod kecil tentang bagaimana mimpi besar seorang ibu. Dia ingin anaknya menjadi pemimpin bangsa Arab semuanya. Dan mimpi itulah yang hadir di pelupuk matanya, dan mimpi itulah yang menjadi panduannya sehari-hari dalam mendidik anaknya. Dia terus menanamkan mimpi itu pada anaknya, dan meyakinkannya. Dia lengkapi keadaannya untuk mencapai mimpi itu. Malah, dia juga sentiasa memberikan suntikan dan dorongan kearah mewujudkan mimpinya itu. Hingga akhirnya, Mu'awiyah memang menjadi khalifah pertama dari khulafa Daulah Umawiyah. Mu'awiyah memimpin bangsa Arab sekaligus umat Islam selama lebih kurang 20 tahun yakni tahun 661 H – 680 H.

Saudaraku,
Ada kisah lain di zaman kita, tentang ibu dari DR. Ahmd Zewail, yang juga memiliki mimpi besar. Sejak Ahmed masih kecil, sang ibu sudah menuliskan di pintu kamar Ahmad sebuah kalimat "Kamar DR. Ahmed Zewail." Apa yang dituliskannya itu, tak lain merupakan saluran keinginan atau mimpi yang ada dalam diri sang ibu. Dan tampaknya, pesan itu telah sampai dalam diri anaknya. Ahmed Zewail meraih penghargaan Nobel bidang Kimia tahun 1999, dan menjadi salah satu ilmuwan besar dunia. Zewail sendiri mengakui pengaruh motivasi dan mimpi ibunya itu pada dirinya. Tentu bukan hal mudah bagi seorang ibu untuk mampu mewujudkan mimpi besar itu pada Zewail. Namun, berkat hari-hari merawat, mendidik dan membesarkan Zewail lah yang juga menjadi kunci keberhasilan Zewail.

Saudaraku,
Lagi, tentang bagaimana seorang ibu dari Syaikh Abdurrahman As-Sudais yang kini menjadi imam masjidil Haram. Bagaimana sang ibu menanamkan dan mengarahkan mimpi besarnya itu kepada anaknya. Bagaimana sang ibu dalam hari demi hari bersama As-Sudais kecil itu mengingatkannya untuk mampu mencapai mimpinya? Ibunya sering mengingatkan, "Wahai Abdurrahman, sungguh-sungguhlah menghafal Kitabullah, kamu adalah Imam Masjidil Haram..." "Wahai Abdurrahman, sungguh-sungguhlah, kamu adalah imam masjidil haram..." Wahai Abdurrahman, jangan malas menghafal kembali hafalan harianmu, bagaimana kamu bisa menjadi Imam Masjidil Haram bila kamu malas? Akhirnya, Syaikh Abdurrahman As-Sudais kini menjadi imam Masjidil Haram. Dan menjadi salah satu ulama besar yang disegani di dunia Islam.

Saudaraku,
Satu kisah lain yang boleh jadi kita sudah pernah mendengarnya. Seorang sahabat, Rabi'ah bin Kaab Al-Aslami radhiallahu anhu. Dialah yang mengatakan kepada Rasulullah SAW, "Ya Rasulullah SAW, aku ingin menjadi pendampingmu di surga." Rasulullah SAW mengatakan, "Adakah selain itu ya Rabi'ah?" Rabi'ah menjawab, "Hanya itu ya rasulullah." Lalu Rasulullah SAW mengatakan, "Jika begitu, bantulah aku untuk mencapai keingnanmu itu dengan memperbanyak sujud." (HR. Muslim)

Diriwayatkan, Rabi'ah atas bimbingan orangtuanya, sejak kecil memang sudah kerap kali terlihat dalam keadaan solat dan sujud. Dan disepanjang usianya, Rabi'ah diriwayatkan tidak pernah pun meninggalkan solat berjamaah. Mengapa Rabi'ah mampu melakukan semua itu? Karena dia ingin meraih mimpinya yang besar tadi. Mimpi ingin menjadi pendamping Rasulullah SAW di syurga...

Saudaraku, bandingkanlah antara keinginan kita yang tercetus di awal tulisan ini, dengan keinginan mereka yang bermimpi besar itu? Bandingkanlah obsesi yang ada dalam fikiran kita dengan obsesi mereka. Sesungguhnya, mimpi dan obsesi seseorang yang besar, merupakan indikator dia akan menjadi orang besar. [M. Lili Nur Aulia, sumber: Majalah Tarbawi edisi 220]

source: http://muchlisin.blogspot.com/2010/01/mimpi-mimpi-besar.html